Hai, saya Shiddiq. Sebagian orang mengenal saya sebagai growth strategist, digital marketer, atau orang yang “doyan banget ngutak-atik funnel marketing.” Tapi di balik itu, saya adalah seseorang yang sudah ngerasain naik-turun kehidupan bisnis—dari bikin omzet Rp100 juta pertama sampai harus bangkit dari kegagalan besar.

Cerita Rp100 Juta Pertama: Mulai dari Modal Nekat

Semua dimulai saat saya masih mahasiswa Teknik Informatika di Telkom University. Waktu itu, saya cuma punya dua hal: semangat wirausaha dan jiwa “let’s make it happen”. Saya nggak punya modal gede, jadi cara saya nyari cuan simpel: jual barang yang orang butuhin. Mulai dari jaket bordir, bendera organisasi, sampai pernak-pernik kampus. Saya kerja sama sama UKM lokal untuk produksi, lalu jual ke komunitas kampus.

Singkat cerita, usaha kecil-kecilan itu berkembang. Dalam setahun, omzet saya tembus Rp100 juta. Bukan cuma soal angka, tapi momen itu bikin saya sadar: kalau mau usaha, rejeki pasti ada, asal kita gerak dan fokus.

Kegagalan Besar: Jatuh karena Lupa Fokus

Tapi perjalanan bisnis nggak selamanya mulus. Salah satu titik terendah saya terjadi waktu membangun startup bernama Inagri. Awalnya, semuanya terlihat menjanjikan—dapet hibah ratusan juta dari pemerintah, menang lomba inovasi, dan deal sama klien besar seperti Telkom.

Masalahnya? Saya dan tim terlalu overconfident. Kami ambil terlalu banyak proyek sekaligus tanpa memikirkan sistem operasional yang matang. Ditambah lagi, pembayaran mundur dari klien bikin keuangan kami megap-megap.

Dan nggak berhenti di situ, saya juga berekspansi ke bisnis kuliner dengan membuka 10 cabang Noi Bakso dalam waktu singkat. Sounds impressive, kan? Tapi nyatanya, itu justru memperbesar risiko. Kurangnya kontrol bikin beban operasional nggak seimbang sama pendapatan.

Hasilnya? Hutang miliaran rupiah, konflik internal, dan kelelahan mental. Saya sempat merasa gagal total. Tapi dari situ, saya belajar satu hal penting: bisnis yang sukses bukan soal siapa yang lari paling cepat, tapi siapa yang paling tahan lama.


Bangkit dan Fokus pada Hal yang Penting

Setelah jatuh, saya nggak langsung bangkit dalam semalam. Butuh waktu buat refleksi, belajar, dan ngerapihin prioritas. Saya mulai fokus lagi ke hal yang benar-benar saya kuasai: membangun strategi marketing yang efisien, bikin lead generation yang efektif, dan memberikan nilai tambah ke klien.

Prinsip saya sekarang sederhana: be valuable and stay focused. Jangan takut mencoba, tapi juga jangan terlalu cepat ambil langkah besar kalau dasarnya belum kuat.

Pesen Buat Kamu yang Lagi Berjuang

Kalau kamu lagi ngejar sesuatu—mau itu bisnis, karier, atau cita-cita apa pun—ingat ini: kesuksesan nggak instan. Akan ada naik-turun, ada masa ketika kamu merasa nggak cukup, atau bahkan gagal total. Tapi percayalah, setiap langkah, baik kecil maupun besar, adalah bagian dari perjalanan kamu untuk jadi versi terbaik diri sendiri.

Dan kalau kamu merasa cerita ini relatable, atau sekadar pengen connect, jangan lupa bookmark halaman ini. Siapa tahu nanti kita bisa ngobrol lebih jauh, saling support, atau bahkan kolaborasi. Karena, hei, perjalanan sukses itu selalu lebih seru kalau dijalani bareng! 🚀